Memahami Gangguan Kesehatan Mental pada Seseorang

Memahami Gangguan Kesehatan Mental pada Seseorang

Memahami Gangguan Kesehatan Mental pada Seseorang – Kesehatan mental remaja merupakan hal yang sering diabaikan oleh masyarakat pada saat ini. Remaja merupakan aset negara yang harus dijaga karena seorang remaja akan meneruskan masa depan Indonesia. Terdapat salah satu kutipan yang mungkin sering didengar “Men Sana In Corpore Sano” yang memiliki makna bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kesehatan mental remaja, sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari kesehatan mental.

Kesehatan mental adalah kondisi saat keadaan batin maupun emosi kita stabil sehingga memungkinkan kita untuk menjalani hari dengan damai. Pieper dan Uden (2006) menyatakan bahwa kesehatan mental seseorang dapat dilihat dari tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri, dan dapat menerima kekurangan serta kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah[1]masalah yang ada dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan batin yang dimiliki individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan aktif di komunitasnya. Jadi, untuk menyimpulkan pendapat dari para ahli, kesehatan mental adalah keseimbangan antara kesehatan batin dan fisik sehingga mampu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki di dalam dirinya

Setiap individu harus memiliki kesadaran akan kondisi mental yang dialaminya. Ada banyak permasalahan mental yang dihadapi maupun slot server thailand super gacor dialami remaja saat ini. Remaja masih sangat rentan, karena remaja sedang mencari jati dirinya sehingga mudah untuk merasa ketakutan mengenai masa depannya.

Sementara kesehatan mental masih dianggap tabu oleh masyarakat. Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang tidak stabil sering disebut tidak pernah ibadah maupun tidak ingat Tuhan, serta dianggap tidak bersyukur. Selain itu ada ketakutan tersendiri terhadap pandangan orang lain akan sebutan “gila”. Hal inilah yang menyebabkan seseorang yang memiliki kesehatan mental tidak berani mengungkapkan kondisi yang sedang dialaminya.

Menurut WHO, setiap satu dari tujuh anak yang berusia 10-19 tahun mengalami masalah psikologis. Namun, kebanyakan kasus gangguan psikologis tersebut tidak mendapatkan penanganan yang baik dan tepat. Dilansir dari WHO, faktor penyebab dari gangguan kesehatan mental pada remaja adalah kesulitan mencari jati diri atau krisis identitas, keluarga yang tidak harmonis, masalah sosial maupun ekonomi yang buruk, menderita penyakit kronis, disabilitas, dan sebagainya. Dari faktor tersebut dan melihat dari data yang ada, gangguan kesehatan mental yang sering terjadi pada remaja adalah gangguan emosional yang dapat menyebabkan gangguan kecemasan, fobia spesifik terhadap hal tertentu, dan depresi akibat tingkat stres yang berlebihan. Selain gangguan kecemasan, terdapat gangguan kesehatan mental yang sering kali terjadi pada remaja yaitu gangguan perkembangan perilaku contohnya autism, gangguan makan (eating disorder), psikosis, dan menyakiti diri sendiri (self harassment). Kondisi gangguan kesehatan mental tersebut dapat berdampak buruk jika tidak diberikan penangan yang tepat.

Penanganan Terhadap Gangguan Kesehatan Mental

Penanganan mengenai gangguan kesehatan mental melibatkan semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat, tenaga medis maupun penderitanya itu sendiri. Semua pihak sebaiknya bekerja sama dan membentuk sinergi untuk mencegah kemungkinan terburuk akibat ketidakpedulian mengenai masalah kesehatan mental. Pemerintah dapat menangani masalah kesehatan mental dengan cara menyediakan fasilitas maupun program untuk mengatasi isu kesehatan mental.

Salah satu program yang dijalankan oleh pemerintah adalah “imunisasi jiwa” yang dikembangkan oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN). Program imunisasi jiwa memiliki tujuan untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang tangguh. Untuk memudahkan masyarakat mengakses program tersebut, pemerintah menyediakan aplikasi berbasis android “Sehat Jiwa” sebagai upaya preventif yang dapat diakses oleh masyarakat. Dalam aplikasi tersebut ditawarkan fitur yang membantu masyarakat untuk mengakses informasi seputar kesehatan jiwa dan dapat mendeteksi gejala kesehatan jiwa. Aplikasi tersebut juga menyediakan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat yang ingin melakukan konseling.

Selain aplikasi tersebut, peran pemerintah dapat diwujudkan dengan cara menyediakan fasilitas untuk masyarakat. Peran tersebut dapat berupa menyediakan tenaga psikologi yang berkualitas secara merata, mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya kesehatan mental, menyediakan guru konseling di berbagai sekolah agar para pelajar dapat menyalurkan keluh kesah mereka kepada orang yang tepat sehingga dapat membantu mereka untuk menemukan solusi. Peran masyarakat untuk membantu masalah kesehatan mental dapat diwujudkan dengan membantu orang di sekitarnya dengan merangkul mereka yang mempunyai masalah dengan kesehatan mental.